Jokowi Jawab Kritikan Ekonom Asing Soal Peringkat Ekonomi RI

Kamis, 04 Mei 2017 - 10:55 WIB
Jokowi Jawab Kritikan Ekonom Asing Soal Peringkat Ekonomi RI
Jokowi Jawab Kritikan Ekonom Asing Soal Peringkat Ekonomi RI
A A A
JAKARTA - Ekonom Hongkong dan kolumnis ekonomi di South China Morning Post, Jake Van Der Kemp mengkritik pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terbesar ketiga di dunia, setelah China dan India.

(Baca Juga: Kolumnis Ekonomi SCMP Kritik Peringkat PDB Jokowi
Jake mempertanyakan klaim peringkat ketiga di dunia tersebut. Karena menurutnya, ada 13 negara di Asia yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi di atas Indonesia yang sebesar 5,02% di 2016.

Menanggapi hal itu, Jokowi menegaskan bahwa ekonomi Indonesia memang ketiga terbesar di dunia. Hal ini dibandingkan dengan negara-negara anggota G-20, dimana China dan India berada di posisi pertama dan kedua.

"Ya pertumbuhan ekonomi kita baik seperti yang disampaikan pak menko, nomor 3 di dunia di antara negara G20," tegasnya di Gedung Sasana Kriya TMII, Jakarta, Kamis (4/5/2017).

Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo sempat mengatakan saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah yang ketiga di dunia, setelah India dan China. Pernyataan Presiden Jokowi ini lantas mendapat kritik tajam dari kolumnis ekonomi di South China Morning Post, Jake Van Der Kemp.

Ia lantas menulis dalam opini di media massa terbesar berbahasa Inggris di Hong Kong itu, dengan judul: “Sorry President Widodo, GDP rankings are economists’ equivalent of fake news”.

Dalam artikel Selasa (2/5/2017) itu, Jake lantas mempertanyakan klaim peringkat ketiga di dunia, dengan dunia mana yang dimaksud. Menurutnya, di Asia ada 13 negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari Indonesia yang 5,02%.

Mereka adalah India sebesar 7,5%, Laos 7,4%, Myanmar 7,3%, Kamboja 7,2%, Bangladesh 7,1%, Filipina 6,9%, China 6,7%, Vietnam 6,2%, Pakistan 5,7%, Mongolia 5,5%, Kepulauan Palau 5,5%, Timor Leste 5,5%, dan Papua Nugini 5,4%.

Jake pun mencoba mengerucut dengan menarik garis sesama negara dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta. Alhasil, Indonesia masih di belakang India, China, dan Pakistan. Dengan tegas, Jake lantas menulis “Jangan biarkan fakta menghalangi cerita yang bagus. Kami akan membuat tulisan tentang Anda.”

Pernyataan Presiden Jokowi tersebut dituduh telah ‘mengarang cerita soal pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hebat’. Dan di akhir opininya, Jake menulis, “Terima kasih atas acaranya, Joko, tapi ada banyak hal yang harus dilakukan dengan waktumu daripada membuat PDB konyol”.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3374 seconds (0.1#10.140)